Assalamua'alaikum Wr. Wb..
Halloo parents.. Kali ini saya ikutan tertarik nih ngebahas mengenai kontroversi MSG atau monosodium glutamat atau biasa kita dengar vetsin atau mecin. MSG ini sih pasti bu ibu udah pada khatam kegunaan dan fungsinya. yuuuppp betul ...!!??untuk meningkatkan rasa makanan menjadi lebih lezatosss *laper. Pasti parents semua sudah taulah bagaimana rasanya.. didominasi dengan rasa gurih. Tidak hanya di Indonesia MSG ini juga populer di seluruh dunia loh.. Ayoo bu Ibu siapa disini yang pake MSG buat makanannya???Namun dari beberapa pemberitaan dari sisi kesehatan, MSG ini masih menimbulkan kontroversi, walaupun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), World HealthOrganization (WHO) dan Food and Agriculture Organization (FAO) memasukan MSG ke kategori bahan makanan yang secara umum dianggap aman, tetap saja penggunaan produk ini masih kontroversi.. Waaahhhh,, tapi walaupun masih kontroversi produk-produk MSG ini di jual bebas di pasaran dengan berbagai macam merk. coba sebutin... hihiih *dalamhati ya..
Berhubung saya tidak meneliti sendiri, jadi saya memasukkan berbagai sumber mengenai beberapa penelitian mengenai produk MSG yang pernah saya baca.. cekidot ya parents,, menurut saya ini penting karena menyangkut kesehatan keluarga kita yaa parents *pasangmata..
Nah, parents ini, ada sebuah surat yang mulai dipertanyakan yaitu New England Journal of Medicine yang mempublikasikan mengenai efek negatif MSG terhadap kesehatan pada tahun 1968. Seorang dokter menceritakan reaksi negatif yang
dialami setelah mengonsumsi makanan Tiongkok-Amerika, dia menyoroti MSG
sebagai salah satu penyebab potensial dari reaksi tersebut Pada
akhir tahun 1960-an, makin banyak yang memperbincangkan hal tersebut.
Situasi saat itu lebih dikenal dengan “sindrom restoran Tiongkok” atau "Chinese Restaurant Syndrome (CRS). Sindrom ini konon mempunyai gejala antara lain, merasakan mati rasa di daerah
belakang leher yang menjalar hingga lengan dan punggung. Namun,
biasanya gejalanya akan hilang sendiri setelah dua jam. Setelah muncul
istilah CRS ini barulah MSG menjadi isu kesehatan yang mengglobal.
Banyak pihak yang akhirnya meninggalkan konsumsi MSG karena termakan isu
CRS, terutama di negara-negara Barat.
Beberapa
penelitian juga melibatkan penyuntikan tikus percobaan dengan MSG dosis
tinggi yang dapat menyebabkan konsekuensi negatif terhadap kesehatan,
namun hal ini tidak pernah dianggap sama kepada manusia. Yang jadi pertanyaan saya efeknya sama gak yah kalo disuntikkan ke tikus percobaan dengan dikonsumsi manusia??sedangkan perlakuannya beda satu disuntik satu dimakan.. he..he #orang awam..
Ada juga yang mengaitkan MSG dengan obesitas pada sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam American Journal of Clinical Nutrition. Nah, disini penelitinya menemukan bahwa individu yang mengonsumsi MSG paling banyak,
yaitu 4,2 gram per hari, lebih berisiko kelebihan berat badan
dibandingkan individu yang hanya mengonsumsi MSG sebanyak 0,4 gram per
hari. ayooo bu ibu yang mana??? jangan sampe obes ya bu.. biar suami makin betah dirumah.. :-D .. Penelitian itu menunjukkan hubungan responsif dosis MSG dan indeks masa tubuh atau body mass index
(BMI). Dengan kata lain, makin banyak MSG, berarti makin tinggi tingkat
BMI. Boleh lah kita berjaga-jagalah dengan membatasi konsumsi MSG ya bu, kita kembali lebih ke alam pake bumbu dapur aja. Penelitian
selama empat puluh tahun terakhir menduga bahwa ada sebagian kecil
orang yang memiliki sensitivitas atau alergi terhadap MSG.
Jika, bu ibu merasa adalah salah seorang yang mengalami kondisi itu,
cobalah untuk membatasi MSG, baik dalam masakan dan juga konsumsi
makanan kemasan. Bagi bu Ibu yang tidak memiliki reaksi negatif tersebut,
belum ada bukti ilmiah yang kuat terhadap dampak buruk MSG.
Reaksi yang Dapat Terpicu Akibat MSG
MSG
telah digunakan sebagai aditif makanan sejak lama. Berbagai laporan
mengenai reaksi yang dapat terpicu oleh MSG dikenal sebagai gejala
kompleks MSG, antara lain:
- Tubuh menjadi lemas
- Kulit menjadi merah
- Tekanan atau rasa kencang pada wajah
- Berkeringat
- Mati rasa, kesemutan atau rasa terbakar di bagian tubuh tertentu misalnya leher dan wajah
- Detak jantung yang cepat
- Nyeri dada
- Sakit kepala
- Mual
Ada juga penelitian oleh komite gabungan FAO dan WHO untuk bahan
makanan tambahan yang mengevaluasi keamanan glutamat di tahun 1970, 1971,
1974, dan 1987. Dan menyimpulkan Acceptable Daily Intake not specified, generally recognized as safe . Artinya, produk MSG digolongkan memiliki toksisitas yang sangat rendah namun tidak menimbulkan bahaya. Begitu juga penelitian Evaluasi oleh European Community pada tahun 1991 juga menyatakan hal yang sama, yaitu: Acceptable Daily Intake not specified, generally recognized as safe. Sedangkan US FDA pada tahun 1995 melakukan review data ilmiah MSG, dan hasilnya
keamanan MSG sebagai bahan makanan perlu dikonfirmasi lagi.
Waahhh,,saya jadi bingung jugaa.... sebenarnya aman atau tidak MSG di penyedap rasa itu, kebetulan kalau saya dalam perihal masak memasak sudah meminimalkan bahkan cenderung tidak memakai penydap rasa, cukup garam dan gula serta bumbu-bumbu dapur saja, Zyanpun sudah saya biasakan setiap masakan untuk makanannya tidak menggunakan penyedap. Tapi yang saya khawatirkan adalah jajanan diluar sana nanti kerika Zyan sudah mulai sekolah..huuuffftttt... kalo parents bagaimana nih????
^^Fera^^